Jumat, 04 Mei 2012

Taboot : Praktik Syiah Kultural di Indonesia


Perayaan Asyura yang menjadi tradisi Syi’ah ternyata telah diperingati lebih dari dua abad yang lalu di Bengkulu. Hari Asyura yang merupakan suatu tradisi untuk menggenang syahidnya Imam Husain, salah satu keturunan Nabi Muhammad Saww, telah membudaya dan menjadi bagian masyarakat Bengkulu. Perayaan tradisional ini dinamakan “Tabot” dan sering juga dikenal dengan nama “Tabut”.
Istilah “Tabot” berasal dari kata Arab (tabut) yang secara harfiah berarti
“kotak kayu” atau “peti”. Dalam al-Quran kata tabot dikenal sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat. Bani Israil masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapat malapetaka bila benda itu hilang.
Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja, asal Madras-Bengali bagian selatan dari India, yang membangun benteng Marlborought di Bengkulu. Secara turun-temurun, upacara ini diwariskan kepada anak cucu mereka yang di antaranya berasimilasi dengan orang Bengkulu. Tabot kini dipandang sebagai upacara tradisional orang Bengkulu, baik dari kaum Sipai maupun Melayu Bengkulu.
Upacara tabot di Bengkulu merupakan upacara hari berkabung bagi kaum Syi’ah atas gugurnya Husain bin ‘Alî bin Abi Thalib, cucu Rasulullah saww dari puteri beliau Fâthimah al-Zahra binti Muhammad. Beliau gugur dalam perang tak seimbang antara 40 pengikut beliau dengan ribuan pasukan tentara ‘Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala Iraq, pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriyah (681 M).
Sejak keluarga Sipai lepas dari pengaruh ajaran Syi’ah, maka maksud penyelenggaraan upacara ini adalah sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat dari leluhur mereka. Seiring dengan perkembangan zaman maksud upacara Tabot telah mengalami pergeseran. Selain melaksanakan wasiat leluhur juga turut berperan serta menyukseskan program pemerintah di bidang pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah dan pariwisata di daerah Bengkulu.
Tujuan asli upacara ini adalah untuk meningkatkan kecintaan mereka kepada ahlulbait (keluarga Rasulullah saww) umumnya dan kepada Husain bin ‘Alî khususnya. Selain itu, acara ini diarahkan untuk memupuk rasa permusuhan kepada keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu, beserta Gubernur ‘Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Husain bin ‘Alî beserta laskarnya. Bagi orang Bengkulu pada umumnya dan keluarga Sipai pada khususnya tujuan dari upacara ini adalah untuk menanamkan rasa bangga atas budaya leluhur juga untuk serta melestarikan Kebudayaan Daerah pada khususnya dan Kebudayaan Nasional pada umumnya.
Inti upacara Tabot ini ialah mengenang upaya para pemimpin Syi’ah dan kaumnya yang mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husain, mengaraknya setelah terkumpul dan memakamkannya di padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, sejak tanggal 1 hingga 10 Muharram.
Tahapan Acara
1. Mengambik tanah (mengambil tanah)
Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 1 Muharam, sekitar pukul 22.00 wib. Tanah yang diambil untuk membuat boneka itu adalah tanah yang dianggap mengandung unsur magis. Untuk itu pengambilannya harus dilakukan pada lokasi yang dipandang keramat. Di Bengkulu ada dua tempat  yakni di Keramat Tapak Padri dan Keramat Anggut.
Di tempat ini mereka memberikan sesajen berupa: bubur merah dan bubur putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok nipah 7 batang, kopi pahit 1cangkir, air serbat 1 cangkir, dadih (susu dapi murni yang mentah) 1 cangkir, air cendana 1 cangkir, air dan   selasih 1 cangkir.
2. Duduk Penja (mencuci jari-jari)
Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya. Karenanya penja ini disebut juga dengan jari-jari. Menurut keluarga Sipai, Penja adalah benda keramat yang mengandung unsur magis. Ia harus dicuci dengan air limau setiap tahunnya. Upacara mencuci penja ini disebut duduk Penja, yang dilaksanakan pada tanggal 5 Muharram sekitar pukul 16.00 WIB.
Pada upacara ini sesajen yang diberikan: nasi kebuli 1 porsi, emping beras 1 piring, pisang emas 1 sisir, tebu 1 potong, kopi pahir 1 gelas, air serobat 1 gelas dan dadih 1 gelas.
3. Menjara (mengandun)
Menjara adalah berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan dol) yang dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram dan 7 Muharram mulai pukul 20.00 wib atau 23.00 wib.
4. Meradai (mengumpulkan dana)
Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 6 Muharram sekitar pukul 07.00-17.00 wib. Pelaksanaan acara ini disebut dengan Jola yang diambil dari anak-anak 10-12 tahun.
5. Arak Penja (mengarak jari-jari)
Arak Penja dilaksanakan pada malam ke-8 Muharram, sekitar pukul 19.00-21.00 wib dengan menempuh jalan-jalan utama di kota Bengkulu.
6. Arak Serban (mengarak Sorban)
Berlangsung pada malam ke-9 Muharram, sekitar pukul 19.00-21.00 dengan mengambil rute yang sama dengan Arak Penja. Benda yang diarak selain Penja ditambah dengan Serban (Sorban) putih diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera/panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan nama “Hasan dan Husain” dengan kaligrafi Arab yang indah.
7. Gam (tenang berkabung)
Satu di antara tahapan upacara Tabot ini terdapat suatu acara yang mesti ditaati yaitu “gam”, suatu waktu yang ditentukan yang tidak boleh ada kegiatan apapun. Gam berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Masa gam ini dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00, di mana pada waktu tersebut semua kegiatan yang berkaitan dengan upacara Tabot termasuk membunyikan dol dan tassa, tidak boleh dilakukan. Jadi masa gam dapat juga disebut masa tenang.
8. Arak Gedang (taptu akbar)
Pada 9 Muharram malam, sekitar pukul 19.00 dilaksanakan secara ritual pelepasan Tabot Besanding di gerga (markas) masing-masing. Selanjutnya dilanjutkan dengan arak gedang yakni grup Tabot berarak dari markas masing-masing menempuh rute yang ditentukan. Kemudian mereka akan bertemu sehingga membentuk arak gedang (pawai akbar). Arak-arakan ini menjadi ramai karena menyatunya grup-grup Tabot, grup-grup hiburan, para pendukung masing-masing serta masyarakat. Acara ini berakhir sekitar pukul 20.00 wib. Akhir dari acara arak gedang ini adalah seluruh Tabot dan grup penghibur berkumpul di lapangan Merdeka Bengkulu (Sekarang: Lapangan Tugu Propinsi). Tabot dibariskan bershaf istilah lokal disandingkan, karenanya acara ini dinamakan Tabot Besanding.
9. Tabot tebuang (tabot terbuang)
Acara terakhir dari rangkaian upacara tabot adalah acara Tabot tebuang. Pada pukul 09.00 wib seluruh tabot telah berkumpul di lapangan Merdeka dan telah disandingkan sebagaimana malam tabot besanding. Grup hiburan telah berkumpul pula di sini dan menghibur para pengunjung yang hadir di waktu itu. Pada sekitar pukul 11.00 arak-arakan tabot bergerak menuju ke Padang Jati dan berakhir di kompleks pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot tebuang karena di sini dimakamkan Imam Senggolo (Syekh Burhanuddin)   pelopor upacara tabot di Bengkulu.
Pada sekitar pukul 12.30 wib acara tabot tebuang di makam Senggolo tersebut. Karena dipandang bernilai magis, acara ini hanya bisa dipimpin oleh Dukun Tabot yang tertua. Selesai acara ritual di atas, barulah bangunan tabot dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan komplek makam tersebut. Dengan terbuangnya tabot pada sekitar pukul 13.30, maka selesailah seluruh rangkaian upacara tabot dimaksud. (Rudhy Suharto)
Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud, “Upacara Tabot: Upacara Tradisional Daerah Bengkulu di Kotamadya Bengkulu”, 1991/1992.

Tidak ada komentar: